Upacara Keagamaan Umat Hindu – Sebelum melaksanakannya, para ibu dan anak perempuan di Bali umumnya akan menjahit janur yang dirangkai dengan berbagai bunga dan daun-daunan tertentu (mejejahitan). Nantinya, mejejahitan ini akan menghasilkan canang (perpaduan berbagai unsur indahan) yang dirangkai bonus new member oleh berbagai jenis dan warna bunga, janur, dupa, serta beras. Setelah itu, canang akan di tata penyajiannya di atas meja dan tikar atau di atas bale (bangunan khusus untuk matanding) mereka membuatnya secara bersama-sama.
Upacara Keagamaan Umat Hindu
Matanding sendiri merupakan kegiatan menata berbagai bahan sesaji sehingga menjadi sebuah keutuhan sebuah banten (sesaji). Sementara laki-laki, biasanya dilibatkan dalam memetik bunga, memanjat kelapa, mencari janur, atau menyiapkan perlengkapan dan bahan-bahan lainnya untuk persiapan ritual.
Odolan
Odalan merupakan rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi pada pura (tempat ibadah agama Hindu) atau tempat suci. Biasanya, upacara ritual ini digelar berdasarkan kalender Pawukon Bali (210 hari), setiap enam bulan sekali dan dipimpin oleh pemangku (orang suci) atau pendeta.
Upacara agama Hindu ini digelar di hari-hari baik yang telah dipilih dan ditetapkan. Hari baik tersebut adalah Purnama Kapat, Kalima, Kadasa. Anggar kasih Kulantir, Julungwangi, Medangsia, Tambir, Perangbakat dan Dukut. Saniscara Kliwon (Tumpek) Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye dan Wayang. Buda Wage Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail dan Klawu, dan masih banyak hari baik lainnya.
Prosesi Upacara Odalan umumnya berlangsung sekitar tiga hingga tujuh hari atau lebih, tergantung klasifikasi pura yang bersangkutan. Tujuan dilaksanakannya Upacara Odalan guna mewujudkan kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin di masyarakat. Adapun istilah Piodalan (Odalan) berasal dari kata “wedal) yang berarti “keluar” atau “lahir”. Dengan demikian, layaknya perayaan hari ulang tahun, Odalan atau Piodalan ditetapkan sebagai hari lahirnya sebuah pura atau tempat (bangunan) suci.
Upacara Makare – Kare
si unik di Bali yang biasa dilakukan oleh umat Hindu, yaitu Upacara Makare-kare atau yang dikenal dengan julukan “perang daun pandan”. Upacara tersebut merupakan ritual adat yang berasal dari Desa Tenganan yang diperuntukkan bagi penduduk pria dan dilaksanakan setiap bulan Juni. Dalam pelaksanaannya, penduduk pria akan menunjukkan kemampuannya dengan bertarung menggunakan daun pandan berduri tajam.
Adapun tujuan digelarnya Upacara Makare-kare adalah sebagai bentuk penghormatan atas Dewa Indra. Dalam kepercayaan Hindu, Dewa Indra dikenal sebagai dewa perang. Begitu peperangan usai, nantinya para pria yang berkontribusi dalam perang akan dirawat dan didoakan oleh orangtuanya agar tidak merasakan sakit.