1. Sarung Tangan Semut Peluru
Bagi suku Satere-Mawe di Amazon, Amerika Selatan, ketika seorang anak laki-laki beranjak dewasa, dia dibawa pergi ke hutan https://www.smkn13jkt.net/ bersama seorang tabib dan anak laki-laki lain seusianya. Mereka diminta untuk menemukan dan mengumpulkan semut peluru (Paraponera clavata). Semut peluru mempunyai racun yang sangat kuat dan dapat melumpuhkan mangsa mereka. Rasa sakit yang disebabkan oleh gigitan semut perluru ini konon lebih besar daripada Hymenoptera (ordo biologi serangga) lainnya. Setelah semut dikumpulkan, hewan-hewan ini dimasukkan ke dalam sarung tangan yang terbuat dari anyaman bambu dan disisipi stinger (semacam pelepah) di dalamnya. Semut-semut itu kemudian dibius menggunakan ramuan tradisional yang diberikan oleh tabib. Sementara semut tak sadar diri karena pengaruh obat bius, anak laki-laki tadi memasukkan tangan mereka ke dalam sarung tangan. Saat semut mulai sadar, mereka mendapati diri terjebak, lalu marah dan agresif. Sedangkan si anak wajib mengenakan sarung tangan itu selama sepuluh menit, sembari menari agar mengalihkan pikiran dari rasa sakit. Namun, para pemuda suku Satere-Mawe harus menanggung rasa sakit ini sebanyak 20 kali, sebelum pada akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa mereka adalah laki-laki sejati.
2. Melempar Bayi
Ritual aneh lainnya datang dari India. Di Negeri Taj Mahal ini, ada upacara melempar bayi yang baru lahir. Namun, keselamatan bayi tetap diutamakan. Saat bayi dilemparkan dari sebuah kuil setinggi 50 kaki, sejumlah orang telah bersiap menangkapnya dari bawah kuil menggunakan sehelai kain putih. Dibentangkannya kain itu lebar-lebar agar saat bayi dijatuhkan, ia tetap aman. Ritual melempar bayi telah berlangsung sejak 500 tahun terakhir di India. Awal kisah, dahulu kala ada pasangan yang bersumpah di kuil Sri Santeswar dekat Indi, di negara bagian Karnataka. Apabila mereka mempunyai anak, maka mereka akan rutin menjalankan ritual untuk berterima kasih kepada dewa. Setelah anak doa dikabulkan, mereka langsung menggelar ritual semacam itu, melempar bayi dari atas kuil sebagai gambaran bahwa sang anak adalah pemberian langsung dari dewa. Kini, ritual tersebut dilangsungkan pada minggu pertama bulan Desember. Ritual lempar bayi diyakini membawa kesehatan, kemakmuran dan keberuntungan bagi pengantin baru. Sedangkan kebanyakan bayi yang dilempar berusia di bawah dua tahun.
3. Memotong Jari Tangan
Suku Dani (atau Ndani) adalah penduduk Slot Gacor asli yang mendiami tanah subur Lembah Baliem di Papua Barat, Papua, Indonesia. Anggota suku ini memotong jari tangan mereka untuk menunjukkan duka saat upacara pemakaman. Ketika diamputasi, mereka juga mengoles wajah mereka dengan abu dan tanah liat sebagai ungkapan kesedihan. Mereka akan memotong jari tangan sebagai bentuk ungkapan cinta kepada seseorang yang meninggal. Ketika seseorang di suku Dani wafat, kerabatnya seperti istri atau suami memotong jari tangan dan menguburnya bersama jenazah suami atau istrinya. Jari tangan seorang suku Dani dinilai sebagai jiwa yang akan selalu hidup bersama dengan pasangannya. Jumlah jari yang dipotong tergantung pada jumlah orang meninggal yang dicintai.
4. Menari Bersama Jasad
Famadihana adalah tradisi pemakaman di Madagaskar. Ritual ini dilakukan dengan mengeluarkan jasad leluhur (berdasarkan silsilah keluarga), membungkusnya kembali dengan kain suci yang baru, lalu para pelayat berpesta dengan menari-nari di sekitar jasad, tentunya disertai iringan musik. Di Madagaskar, ritual ini dilakukan setiap tujuh tahun sekali. Tradisi tersebut dinilai mampu menyatukan keluarga besar dalam perayaan kekerabatan. Sebenarnya ini adalah momen untuk menghormati roulette online keluarga yang ditinggal mati. Para sanak saudara mengirimkan tulang jenazah ke rumah keluarga itu dan memperbarui makamnya. Hal ini dianggap menyatukan “ikatan” antara arwah mendiang dan keluarga yang masih hidup. Motif utama ritual tersebut berawal dari kepercayaan masyarakat setempat bahwa orang mati akan pergi menemui Tuhan dan terlahir kembali atau reinkarnasi.
5. Kikir Gigi
Salah satu upacara keagamaan Hindu terbesar di Bali, Indonesia adalah mengikir gigi. Upacara ini sangat penting dalam budaya Bali sebagai proses perjalanan dari masa pubertas sampai dewasa. Ritual ini ditujukan pada seluruh pria dan wanita dewasa Bali, dan harus diselesaikan sebelum menikah. Bahkan terkadang mengikir gigi dilakukan bersamaan dengan upacara pernikahan. Ritual kikir gigi dilaksanakan dengan merapikan gigi, termasuk gigi seri. Dalam sistem kepercayaan Hindu Bali, perayaan ini membantu orang membebaskan diri dari semua kekuatan jahat yang tak terlihat. Mereka percaya bahwa gigi adalah simbol nafsu, keserakahan, kemarahan, kebingungan dan kecemburuan. Ritual mengikir gigi membuat fisik dan spiritual seseorang kuat.